Kali ini saya membagikan tugas kuliah saya yaitu Mata kuliah pendidikan Karakter dan Dosen saya adalah Pak Rusdi Sidang SE MM, adapun tugas saya adalah membuat makalah yang berhubungan tentang Perilaku Disiplin dan Bertanggung Jawab dalam bentuk makalah. Adapun makalahnya saya posting di blog saya ini, semoga bermanfaat.
MAKALAH TENTANG
“DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB”
Disusun
oleh:
MUHAMMAD RIJAL ( 2015020039 )
RISWAN ( 2015020086 )
BURHAN NASIR (2015002)
KELOMPOK 2
TEKNIK INFORMATIKA
STMIK HANDAYANI MAKASSAR
2016 / 2017
Pengertian Disiplin
Konsep
disiplin merupakan sikap ketaatan terhadap suatu aturan atau ketentuan yang
berlaku dalam organisasi, yaitu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas
dasar adanya kesadaran dan keinsyafan, bukan karena unsur paksaan (Wursono;
1985). Sementara itu pendapat lain mengatakan bahwa suatu kedisiplinan penting
bagi suatu organisasi, sebab dengan adanya kedisiplinan akan dapat ditaati oleh
sebagian besar para karyawan dengan demikian adanya kedisiplinan tersebut
diharapkan pekerjaanakan dilakukan secara efektif. Bilamana kedisiplinan tidak dapat ditegakkan maka kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan
tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien (Nitisemito; 1982). Jadi dapat
ditegaskan bahwa dalam penetapan disiplin lebih ditekakan pada unsur kesadaran
dan penyesuaian diri secara sukarela, bukan atas dasar paksaan.
Disiplin itu
sendiri diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran
sendiri untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di dalam organisasi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomer 30 Tahun 1980 telah diatur secara jelas bahwa
kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh
setiap pegawai negeri merupakan bentuk disiplin yang tanamkan kepada
setiap pegawai negeri. Dalam buku Gerakan Disiplin Nasional (GDN) yang
dikeluarkan oleh Sekretaris Negara, disiplin merupakan ketaatan terhadap
peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin, sehingga timbul
rasa malu kena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Disiplin adalah sikap hidup dan
perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan, tanpa paksaan
dari luar. Sikap dan perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itu
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Hal ni terkait dengan kemauan dan
kemampuan seseorang menyesuaikan interennya dan mengendalikan dirinya agar
sesuai dengan norma, aturan, hukum, kebiasaan yangberlakudalamlingkungansosialbudayasetempat.
Dari pendapat dan uraian-uraian
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa apabila suatu organisasi ingin
mengusahakan agar kinerja karyawan meningkat, maka salah satu usaha yang
harusdilakukan adalah menegakkan disiplin kerja pegawai. Dalam menegakkan
disiplin, unsur pemimpin diharapkan dapat selalu menciptakan, menegakkan,
danmemelihara kedisiplinan yang baik dari para anggota, sehingga produktivitas
yang dinginkan dapat terwujud.
Prawirosentono (1999: 31) mengemukakan bahwa secara umum disiplin adalah taat
kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin kerja, atau lebih
tepatnya disiplin kerja pegawai dapat dikatakan ketaatan pegawai yang
bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi di mana dia
bekerja. Robert E. Quin Cs dalam Prawirosentono (1999 : 32) mengatakan :
“Discipline implies obedience and respect for the agreement between the firm
and its employee. Discipline also involves sanction judiciously applied”.
Uraian ini dapat dijelaskan bahwa disiplin meliputi ketaatan dan hormat
terhadap perjanjian yang dibuat antara perusahaan dan karyawan. Disiplin juga
berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar.
Menurut Suradinata (1996: 150), disiplin pada dasarnya mencakup pelajaran,
patuh, taat, kesetiaan, hormat kepada ketentuan/peraturan/norma yang berlaku.
Dalam hubungannya dengan disiplin kerja, disiplin merupakan unsur pengikat,
unsur integrasi dan merupakan unsur yang dapat menggairahkan kerja bahkan dapat
pula sebaliknya.
Dengan berpedoman pada pengertian tersebut maka disiplin merupakan faktor
pengikat kerja, yaitu merupakan kekuatan yang dapat memaksa tenaga kerja atau
pegawai untuk mematuhi peraturan serta prosedur kerja yang telah disepakati dan
telah ditentukan oleh lembaga yang berwenang atau pejabat yang berwenang dengan
berpegang pada peraturan tersebut. Dengan berpegang pada peraturan dimaksud
diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai.
Unsur-unsur Disiplin
Menurut Tulus Tu’u (2004:33)
menyebutkan unsur–unsur disiplin adalah sebagai berikut :
1. Mengikuti
dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.
2.
Pengikutan dan ketaatan
tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna
bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut,
tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya.
3.
Sebagai alat pendidikan
untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan
nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
4.
Hukuman yang diberikan
bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih,
mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.
5.
Peraturan-peraturan yang
berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.
JENIS JENIS DISIPLIN
1. DisiplinPreventif
Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para
karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga
penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk
mendorong disiplin diri karyawan. Dengan cara ini karyawan menjaga disiplin
diri mereka dan bukan karena suatu paksaan.
2. DisiplinKorektif
Adalah kegiatan diambil untuk menangani pelenggaran terhadap
aturan-aturan dan mencoba menghindari pelanggaran-pelanggaran berikutnya.
Kegiatan korektif sering berupa sesuatu bentuk hukuman dan disebut tindakan
kedisiplinan. Sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positf, bersifat
mendidik dan menilai, bukan tindakan negatif yang bersifat menjatuhkan. Secara
umum tindakan pendisiplinan adalah sebagai berukut :
a.
Untuk memperbaiki pelanggaran
b.
Untukmenghalangikaryawan lain
melakukanpelanggaranserupa
c.
Untuk menjaga berbagai standar agar
tetap konsisten dan efektif.
3. DisiplinProgresif
Adalah kegiatan yang memberikan hukuman-hukuman lebih berat
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya memberikan kesempatan
bagi karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum dikenakan hukuman yang
lebih berat. Sebuah contoh sistem disiplin progresif yang disusun atas dasar
tingkat berat atau kasarnya hukuman secara ringkas dapat ditujukan sebagai
berikut :
a. Teguransecaralisanolehpenyelia.
b. Tegurantertulisdengancatatandalam
file personalia.
c. Skorsingdaripekerjaansatusampaitigahari.
d. Skorsingsatumingguataulebih.
e. Diturunkanpangkatnya.
f. Dipecat.
Agar Disiplin Berhasil
Saya yakin setiap orang tua pasti menginginkan anaknya disiplin, hanya saja kadang kesulitan menemukan cara yang tepat. Berikut beberapa hal yang mungkin perlu dipertimbangkan orang tua dalam membiasakan anak untuk disiplin:
Saya yakin setiap orang tua pasti menginginkan anaknya disiplin, hanya saja kadang kesulitan menemukan cara yang tepat. Berikut beberapa hal yang mungkin perlu dipertimbangkan orang tua dalam membiasakan anak untuk disiplin:
1)
Visi yang jelas dalam mendidik anak
Tanpa disadari, banyak orang tua
yang sebenarnya ga jelas dalam tujuan mereka mendidik anak, dan mungkin
berpikir ‘yang penting kebutuhannya tercukupi, bisa ngikutin kemauan anak’ tapi
akan ke arah mana anak akan tumbuh dan berkembang ga ngerti. Ibarat orang
berjalan, kalau tidak ada arah dan tujuan yang jelas tentu membingungkan bagi
yang menjalani, bahkan mungkin ‘kesasar’ pun ga sadar karena ga ngerti tujuan
sebenarnya mau kemana. Ada baiknya orang tua perlu merumuskan kembali karakter
apa yang perlu dibangun pada anak, dan ini harus sama antara bapak dan ibu karena
akan saling menguatkan dan tidak membingungkan anak.
2)
Komitmen
Setelah jelas apa yang ingin
dituju, semua pihak harus memegang teguh kesepakatan yang dibuat, terutama
orang tua sendiri karena seringkali disiplin sulit ditegakkan karena ada salah
satu pihak yang tidak mengikuti kesepakatan. Misalnya sudah ‘deal’ bahwa ketika
jam 6-7 malam adalah waktunya makan dan belajar, tapi justru ayahnya yang
‘mengacaukan’ kesepakatan dengan menyalakan TV karena mau nonton berita.
Usahakan juga untuk menyampaikan komitmen ini ke berbagai pihak yang
berinteraksi dengan anak, termasuk pembantu di rumah, kakek/nenek atau saudara
kalau memang tinggal bersama/berdekatan, serta guru di sekolah. Hal ini
membantu anak agar tidak bingung dengan ‘aturan’ yang berbeda misalnya ketika
di sekolah ada aturan membereskan mainan setelah bermain atau semua anak makan
sendiri tidak ada yang disuapi jangan sampai aturan ini ‘dikacaukan’ di rumah
dengan alasan ‘ada pembantu’ jadi anak boleh tidak membereskan mainannya atau
boleh disuapi makannya.
3) Konsisten
Membiasakan disiplin bukanlah
sesuatu yang instan, secepat anak belajar menggunakan gadget yang mungkin ga
usah banyak diajari sudah bisa melakukan ini itu bahkan lebih canggih dari
orang tuanya karena ‘nature’nya anak yang selalu ingin tahu dan ingin mencoba
hal baru. Butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk melihat
kedisiplinan yang kita tanam mulai menunjukkan hasilnya. Dan dalam
perjalanannya tentu dibutuhkan kesabaran dan konsistensi yang luar biasa dari
orang tua… ya, orang tua pun harus disiplin dalam mendisiplinkan anak. Disini,
kita bukan berarti harus kaku dan jadi orangtua yg serem, tegas dan bahkan
keras dalam berinteraksi dengan anak. Kita tetap bisa hangat dan ‘asik’ dengan
anak-anak dalam mendisiplinkan anak (ini sangat tergantung pada pola komunikasi
yang kita bangun bersama anak) dan seiring anak bertambah usianya, kita mulai
bisa berbagi tanggung jawab dengan anak-anak jadi kita pun tidak terlalu
‘lelah’ karena harus mengontrol semuanya.
4. Fokus dan spesifik
One at a
time…fokus pada satu sikap/perilaku tertentu baru move on ke hal
yang lain. Ini kadang yang sulit dilakukan, karena sebagai orang tua kita
pengennya semuanya ‘cepet’, biar anak bisa ini itu, tertib ini itu, termasuk
juga disiplin dalam berbagai hal. Ketika terlalu banyak hal yang ingin
diperbaiki secara bersamaan, bukan hanya orang tua yang ‘kewalahan’ mengatur
dan mengontrolnya, anak bahkan jauh lebih overwhelmed dan kebingungan.
Coba dirunut dari sekian sikap/perilaku anak yang diperbaiki/didisiplinkan,
lalu fokuslah pada salah satu, misalnya disiplin merapikan mainan setiap
selesai bermain. Cobalah membuat ini menjadi ‘targeted behavior‘
bersama anak, misalnya dijadikan mission of the week/month, dan jika
perlu berikan reward/apresiasi jika anak berhasil. Bahkan anda bisa menjadikan
hal ini sebagai sarana membangun teamwork di keluarga karena disiplin
anak bukan individual task buat si anak, tapi sangat butuh kerja sama
seluruh anggota keluarga.
5. Selalu siap memperbaiki
diri
Tidak ada
sesuatu yang sempurna 100% dan pembiasaan bukanlah hal yang mudah. Menyadari
kelemahan dan kesalahan dan selalu berusaha memperbaiki diri adalah hal yang
sangat penting untuk bisa ‘bertahan’ dalam usaha mendisiplinkan anak. Banyaklah
belajar dari pengalaman, bisa dengan diskusi dengan orang tua yang anaknya
lebih besar yang kita lihat cukup berhasil mendisiplinkan anaknya. atau
perbanyak membaca buku parenting, menghadiri seminar atau workshop parenting
dan sebagainya. Ada ‘hidden message’ yang juga sangat bermanfaat bagi anak
ketika mereka ‘mendapati’ orang tuanya pun selalu ‘belajar’… bahwa bukan hanya
mereka(anak-anak) yang diminta belajar, menjadi orang tua pun kita terus
belajar, dan itu adalah inspirasi yang luar biasa bagi anak-anak.
TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum
bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga
bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung
segala sesuatunya, danmemberikanjawabserta
menanggungakibatnya.
Seorang pelajar memiliki kewajiban belajar. bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibanya serta dia juga telah bertanggung jawab atas kewajibannya. kadar penanggung jawabnnya adalah bila dalam ujian dia akan menerima hasil ujiannya apakah A, B, atau C.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam.
Macam
– macam tanggung jawab :
1. Tanggung jawab terhadap diri
sendiri. Contoh : Andi membaca sambil berjalan, lalu ia terjatuh, akibatnya ia
aharus beristirahat dirawat di rumah dan tidak sekolah. konsekuensi tidak
bersekolah dan tinggal dirumah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri.
2. Tanggung jawab terhadap keluarga.
Contoh : seorang ibu hidup dengan tiga anak, karena suaminya meninggal dia
harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, walapun harus
menjadi pelacur sekalipun, karena demi memberikan kehidupan dan bertanggung
jawab atas ketiga anaknya.
3. Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Contoh : seorang ketua RT yang menjabat saat itu di daerah tempat tinggalnya
harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kesejahteraan warganya. misalnya
saja bila pada saat hari raya qurban, ketua RT setempat harus sudah mempunyai
data warga miskin yang akan menerima santunan qurban. ketua RT juga harus sigap
membantu bilamana ada warganya yang meninggal dunia, lalu ketua RT juga
menggerakan ibu-ibu PKK ditempatnya untuk membangun pos kesejahteraan untuk
kesehatan, lingkungan dan pendidikan untuk warganya.
4. Tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Contoh: pada zaman penjajahan dahulu, para pemuda
Indonesia bertanggung jawab untuk membela negara, turut berperang untuk
memerdekakakn negara kesatua republik Indonesia. para pemuda sangat ingin
memiliki kebebasan dalam bernegara, maka para pemuda menanamkan dalam hatinya
mempunyai tekad yang kuat untuk membela negara dan bertanggung jawab atas semua
permasalahan yang ada di negara Indonesia.
5. Tanggung jawab terhadap Tuhan.
Contoh : manusia telah di beri kehidupan yang sangat mencukupi dan layak. semua
itu atas pemberian sang pencipta yaitu Allah SWT. Allah sangat pengasih, penyayang dan
pengampun. Allah pun tak meminta hal-hal yang menyusahkan manusia untuk
mewujudkan rasa bersyukur manusia terhadap semua kebaikan-Nya. Manusia hanya
diperintahkan untuk Shalat 5 waktu dan beramal sholeh, berbuat baik sesama
manusia dan berbuat baik kepada Allah SWT. semua yang diberikan ALlah SWT sudah
sepatutnya menimbulkan rasa tanggung jawab manusia kepada Allah SWT. tanggung
jawab untuk menunaikan semua yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang
dilarang-Nya. Tanggung jawab untuk menjalankan sholat 5 waktu dan amalan yang baik
lainnya. Menjaga alam yang sdah diciptakan, diberikan Allah dengan sukarela,
merawatanya untuk kehidupan selnjutnya adalah sebuah bentuk tanggung jawab dan
ungkapan rasa bersyukur yang tiada tara kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
Diantara
banyaknya tanggung jawab tersebut, bahwa kita harus melakukan semua tanggung
jawab kita dengan iklas dan akan mendapatkan hak kita pada saat nya setelah
kita melakukan semua tanggung jawab kita.
DAFTAR
PUSTAKA