Friday, 12 February 2016

MAKALAH DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB

Assalamualaikum Wr Wb.
Kali ini saya membagikan tugas kuliah saya yaitu Mata kuliah pendidikan Karakter dan Dosen saya adalah Pak Rusdi Sidang SE MM, adapun tugas saya adalah membuat makalah yang berhubungan tentang Perilaku Disiplin dan Bertanggung Jawab dalam bentuk makalah. Adapun makalahnya saya posting di blog saya ini, semoga bermanfaat.



MAKALAH TENTANG
“DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB”





 





  


Disusun oleh:
MUHAMMAD RIJAL ( 2015020039 )
RISWAN ( 2015020086 )
BURHAN NASIR (2015002)

KELOMPOK 2


TEKNIK INFORMATIKA
STMIK HANDAYANI MAKASSAR
2016 / 2017



Pengertian Disiplin
Konsep disiplin merupakan sikap ketaatan terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam organisasi, yaitu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaran dan keinsyafan, bukan karena unsur paksaan (Wursono; 1985). Sementara itu pendapat lain mengatakan bahwa suatu kedisiplinan penting bagi suatu organisasi, sebab dengan adanya kedisiplinan akan dapat ditaati oleh sebagian besar para karyawan dengan demikian adanya kedisiplinan tersebut diharapkan pekerjaanakan dilakukan secara efektif. Bilamana kedisiplinan tidak dapat ditegakkan maka kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien (Nitisemito; 1982). Jadi dapat ditegaskan bahwa dalam penetapan disiplin lebih ditekakan pada unsur kesadaran dan penyesuaian diri secara sukarela, bukan atas dasar paksaan.
Disiplin itu sendiri diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran sendiri untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di dalam organisasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomer 30 Tahun 1980 telah diatur secara jelas bahwa kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap pegawai negeri merupakan bentuk disiplin yang tanamkan kepada setiap pegawai negeri. Dalam buku Gerakan Disiplin Nasional (GDN) yang dikeluarkan oleh Sekretaris Negara, disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin, sehingga timbul rasa malu kena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Disiplin adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan, tanpa paksaan dari luar. Sikap dan perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itu bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Hal ni terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang menyesuaikan interennya dan mengendalikan dirinya agar sesuai dengan norma, aturan, hukum, kebiasaan yangberlakudalamlingkungansosialbudayasetempat.        

Dari pendapat dan uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa apabila suatu organisasi ingin mengusahakan agar kinerja karyawan meningkat, maka salah satu usaha yang harusdilakukan adalah menegakkan disiplin kerja pegawai. Dalam menegakkan disiplin, unsur pemimpin diharapkan dapat selalu menciptakan, menegakkan, danmemelihara kedisiplinan yang baik dari para anggota, sehingga produktivitas yang dinginkan dapat terwujud.
     Prawirosentono (1999: 31) mengemukakan bahwa secara umum disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin kerja, atau lebih tepatnya disiplin kerja pegawai dapat dikatakan ketaatan pegawai yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi di mana dia bekerja. Robert E. Quin Cs dalam Prawirosentono (1999 : 32) mengatakan : “Discipline implies obedience and respect for the agreement between the firm and its employee. Discipline also involves sanction judiciously applied”.
      Uraian ini dapat dijelaskan bahwa disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara perusahaan dan karyawan. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Menurut Suradinata (1996: 150), disiplin pada dasarnya mencakup pelajaran, patuh, taat, kesetiaan, hormat kepada ketentuan/peraturan/norma yang berlaku. Dalam hubungannya dengan disiplin kerja, disiplin merupakan unsur pengikat, unsur integrasi dan merupakan unsur yang dapat menggairahkan kerja bahkan dapat pula sebaliknya.
    Dengan berpedoman pada pengertian tersebut maka disiplin merupakan faktor pengikat kerja, yaitu merupakan kekuatan yang dapat memaksa tenaga kerja atau pegawai untuk mematuhi peraturan serta prosedur kerja yang telah disepakati dan telah ditentukan oleh lembaga yang berwenang atau pejabat yang berwenang dengan berpegang pada peraturan tersebut. Dengan berpegang pada peraturan dimaksud diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai.
Unsur-unsur Disiplin
 Menurut Tulus Tu’u (2004:33) menyebutkan unsur–unsur disiplin adalah sebagai berikut :
1.      Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. 
2.      Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya. 
3.      Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. 
4.      Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. 
5.      Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.



JENIS JENIS DISIPLIN
1.      DisiplinPreventif
Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri karyawan. Dengan cara ini karyawan menjaga disiplin diri mereka dan bukan karena suatu paksaan.
2.      DisiplinKorektif
Adalah kegiatan diambil untuk menangani pelenggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba menghindari pelanggaran-pelanggaran berikutnya. Kegiatan korektif sering berupa sesuatu bentuk hukuman dan disebut tindakan kedisiplinan. Sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positf, bersifat mendidik dan menilai, bukan tindakan negatif yang bersifat menjatuhkan. Secara umum tindakan pendisiplinan adalah sebagai berukut :
a.    Untuk memperbaiki pelanggaran 
b.    Untukmenghalangikaryawan lain melakukanpelanggaranserupa 
c.    Untuk menjaga berbagai standar agar tetap konsisten dan efektif.

3.      DisiplinProgresif
Adalah kegiatan yang memberikan hukuman-hukuman lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum dikenakan hukuman yang lebih berat. Sebuah contoh sistem disiplin progresif yang disusun atas dasar tingkat berat atau kasarnya hukuman secara ringkas dapat ditujukan sebagai berikut :
a.       Teguransecaralisanolehpenyelia.
b.      Tegurantertulisdengancatatandalam file personalia.
c.       Skorsingdaripekerjaansatusampaitigahari.
d.      Skorsingsatumingguataulebih.
e.       Diturunkanpangkatnya.
f.       Dipecat.
Agar Disiplin Berhasil
            Saya yakin setiap orang tua pasti menginginkan anaknya disiplin, hanya saja kadang kesulitan menemukan cara yang tepat. Berikut beberapa hal yang mungkin perlu dipertimbangkan orang tua dalam membiasakan anak untuk disiplin:
1)      Visi yang jelas dalam mendidik anak
Tanpa disadari, banyak orang tua yang sebenarnya ga jelas dalam tujuan mereka mendidik anak, dan mungkin berpikir ‘yang penting kebutuhannya tercukupi, bisa ngikutin kemauan anak’ tapi akan ke arah mana anak akan tumbuh dan berkembang ga ngerti. Ibarat orang berjalan, kalau tidak ada arah dan tujuan yang jelas tentu membingungkan bagi yang menjalani, bahkan mungkin ‘kesasar’ pun ga sadar karena ga ngerti tujuan sebenarnya mau kemana. Ada baiknya orang tua perlu merumuskan kembali karakter apa yang perlu dibangun pada anak, dan ini harus sama antara bapak dan ibu karena akan saling menguatkan dan tidak membingungkan anak.
2)       Komitmen
Setelah jelas apa yang ingin dituju, semua pihak harus memegang teguh kesepakatan yang dibuat, terutama orang tua sendiri karena seringkali disiplin sulit ditegakkan karena ada salah satu pihak yang tidak mengikuti kesepakatan. Misalnya sudah ‘deal’ bahwa ketika jam 6-7 malam adalah waktunya makan dan belajar, tapi justru ayahnya yang ‘mengacaukan’ kesepakatan dengan menyalakan TV karena mau nonton berita. Usahakan juga untuk menyampaikan komitmen ini ke berbagai pihak yang berinteraksi dengan anak, termasuk pembantu di rumah, kakek/nenek atau saudara kalau memang tinggal bersama/berdekatan, serta guru di sekolah. Hal ini membantu anak agar tidak bingung dengan ‘aturan’ yang berbeda misalnya ketika di sekolah ada aturan membereskan mainan setelah bermain atau semua anak makan sendiri tidak ada yang disuapi jangan sampai aturan ini ‘dikacaukan’ di rumah dengan alasan ‘ada pembantu’ jadi anak boleh tidak membereskan mainannya atau boleh disuapi makannya.
3)      Konsisten
Membiasakan disiplin bukanlah sesuatu yang instan, secepat anak belajar menggunakan gadget yang mungkin ga usah banyak diajari sudah bisa melakukan ini itu bahkan lebih canggih dari orang tuanya karena ‘nature’nya anak yang selalu ingin tahu dan ingin mencoba hal baru. Butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk melihat kedisiplinan yang kita tanam mulai menunjukkan hasilnya. Dan dalam perjalanannya tentu dibutuhkan kesabaran dan konsistensi yang luar biasa dari orang tua… ya, orang tua pun harus disiplin dalam mendisiplinkan anak. Disini, kita bukan berarti harus kaku dan jadi orangtua yg serem, tegas dan bahkan keras dalam berinteraksi dengan anak. Kita tetap bisa hangat dan ‘asik’ dengan anak-anak dalam mendisiplinkan anak (ini sangat tergantung pada pola komunikasi yang kita bangun bersama anak) dan seiring anak bertambah usianya, kita mulai bisa berbagi tanggung jawab dengan anak-anak jadi kita pun tidak terlalu ‘lelah’ karena harus mengontrol semuanya.
4. Fokus dan spesifik
One at a time…fokus pada satu sikap/perilaku tertentu baru move on ke hal yang lain. Ini kadang yang sulit dilakukan, karena sebagai orang tua kita pengennya semuanya ‘cepet’, biar anak bisa ini itu, tertib ini itu, termasuk juga disiplin dalam berbagai hal.  Ketika terlalu banyak hal yang ingin diperbaiki secara bersamaan, bukan hanya orang tua yang ‘kewalahan’ mengatur dan mengontrolnya, anak bahkan jauh lebih overwhelmed dan kebingungan. Coba dirunut dari sekian sikap/perilaku anak yang diperbaiki/didisiplinkan, lalu fokuslah pada salah satu, misalnya disiplin merapikan mainan setiap selesai bermain. Cobalah membuat ini menjadi ‘targeted behavior‘ bersama anak, misalnya dijadikan mission of the week/month, dan jika perlu berikan reward/apresiasi jika anak berhasil. Bahkan anda bisa menjadikan hal ini sebagai sarana membangun teamwork di keluarga karena disiplin anak bukan individual task buat si anak, tapi sangat butuh kerja sama seluruh anggota keluarga.
5. Selalu siap memperbaiki diri
Tidak ada sesuatu yang sempurna 100% dan pembiasaan bukanlah hal yang mudah. Menyadari kelemahan dan kesalahan dan selalu berusaha memperbaiki diri adalah hal yang sangat penting untuk bisa ‘bertahan’ dalam usaha mendisiplinkan anak. Banyaklah belajar dari pengalaman, bisa dengan diskusi dengan orang tua yang anaknya lebih besar yang kita lihat cukup berhasil mendisiplinkan anaknya. atau perbanyak membaca buku parenting, menghadiri seminar atau workshop parenting dan sebagainya. Ada ‘hidden message’ yang juga sangat bermanfaat bagi anak ketika mereka ‘mendapati’ orang tuanya pun selalu ‘belajar’… bahwa bukan hanya mereka(anak-anak) yang diminta belajar, menjadi orang tua pun kita terus belajar, dan itu adalah inspirasi yang luar biasa bagi anak-anak.



TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, danmemberikanjawabserta menanggungakibatnya.

Seorang pelajar memiliki kewajiban belajar. bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibanya serta dia juga telah bertanggung jawab atas kewajibannya. kadar penanggung jawabnnya adalah bila dalam ujian dia akan menerima hasil ujiannya apakah A, B, atau C.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam.
Macam – macam tanggung jawab :
1.      Tanggung jawab terhadap diri sendiri. Contoh : Andi membaca sambil berjalan, lalu ia terjatuh, akibatnya ia aharus beristirahat dirawat di rumah dan tidak sekolah. konsekuensi tidak bersekolah dan tinggal dirumah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri.
2.      Tanggung jawab terhadap keluarga. Contoh : seorang ibu hidup dengan tiga anak, karena suaminya meninggal dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, walapun harus menjadi pelacur sekalipun, karena demi memberikan kehidupan dan bertanggung jawab atas ketiga anaknya.
3.      Tanggung jawab terhadap masyarakat. Contoh : seorang ketua RT yang menjabat saat itu di daerah tempat tinggalnya harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kesejahteraan warganya. misalnya saja bila pada saat hari raya qurban, ketua RT setempat harus sudah mempunyai data warga miskin yang akan menerima santunan qurban. ketua RT juga harus sigap membantu bilamana ada warganya yang meninggal dunia, lalu ketua RT juga menggerakan ibu-ibu PKK ditempatnya untuk membangun pos kesejahteraan untuk kesehatan, lingkungan dan pendidikan untuk warganya.
4.      Tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Contoh: pada zaman penjajahan dahulu, para pemuda Indonesia bertanggung jawab untuk membela negara, turut berperang untuk memerdekakakn negara kesatua republik Indonesia. para pemuda sangat ingin memiliki kebebasan dalam bernegara, maka para pemuda menanamkan dalam hatinya mempunyai tekad yang kuat untuk membela negara dan bertanggung jawab atas semua permasalahan yang ada di negara Indonesia.

5.      Tanggung jawab terhadap Tuhan. Contoh : manusia telah di beri kehidupan yang sangat mencukupi dan layak. semua itu atas pemberian sang pencipta yaitu Allah SWT. Allah sangat pengasih, penyayang dan pengampun. Allah pun tak meminta hal-hal yang menyusahkan manusia untuk mewujudkan rasa bersyukur manusia terhadap semua kebaikan-Nya. Manusia hanya diperintahkan untuk Shalat 5 waktu dan beramal sholeh, berbuat baik sesama manusia dan berbuat baik kepada Allah SWT. semua yang diberikan ALlah SWT sudah sepatutnya menimbulkan rasa tanggung jawab manusia kepada Allah SWT. tanggung jawab untuk menunaikan semua yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya. Tanggung jawab untuk menjalankan sholat 5 waktu dan amalan yang baik lainnya. Menjaga alam yang sdah diciptakan, diberikan Allah dengan sukarela, merawatanya untuk kehidupan selnjutnya adalah sebuah bentuk tanggung jawab dan ungkapan rasa bersyukur yang tiada tara kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
Diantara banyaknya tanggung jawab tersebut, bahwa kita harus melakukan semua tanggung jawab kita dengan iklas dan akan mendapatkan hak kita pada saat nya setelah kita melakukan semua tanggung jawab kita.



 DAFTAR PUSTAKA

Wursono,1945,Dasar-Dasar manajemenPersonalia,PustakaDian,Jakarta

Share:

Artikel Terbaru




Powered by Blogger.